Ke Depan Metode Pendidikan Maksimalkan Akses Teknologi

Indonesia396 Dilihat

Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian. (Parlementaria)

Metode pembelajaran di tengah pandemi sangat mengandalkan keberadaan internet. Oleh sebab itu, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian mengatakan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan harus menerapkan streategi untuk memaksimalkan akses teknologi dalam metode pendidikan di masa depan.

Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Peningkakatan akses teknologi yang dimaksud Hetifah Sjaifudian, misalnya, pemanfaatan infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). TIK adalah pondasi yang berguna untuk mendukung suatu sistem dalam sebuah komputasi dan infrastuktur. Juga sangat mendukung dalam arus penyimpanan, pengolahan dan analisis data.

“Antara lain memastikan setiap satuan pendidikan memiliki infrastruktur TIK yang memadai, bekerja sama dengan provider dan membuat paket subsidi internet, juga bekerja sama dengan Kominfo dan PLN untuk menyediakan akses internet dan listrik yang merata. Itu semua tercantum dalam draft peta jalan pendidikan nasional 2020–2035,” jelas Hetifah melalui keterangan resmi, Rabu (8/7).

Teknologi Solusi Bagi Kesenjangan Pendidikan

Penggunaan teknologi bisa menjadi solusi bagi kesenjangan pendidikan. Begitu yang dikatakan Hetifah.  Kesenjangan yan terjadi, baik secara kualitas maupun geografis, bisa diatasi dengan pemanfaatan teknologi. Hetifah mengungkapkan bahwa anak-anak yang tersebar di pelosok bisa bisa memperoleh pengajaran yang baik melalui bantuan aplikasi.

“Ini bisa kita manfaatkan untuk pemerataan. Namun demikian, kita terus ingatkan Kemendikbud bahwa kesediaan akses untuk semua merupakan prasyarat, jika tidak justru ini bisa menambah kesenjangan,” ungkap politisi dari fraksi Golkar ini.

Ada Hal-Hal yang Tidak Bisa Digantikan dengan Pembelajaran Jarak Jauh

Meskipun demikian, tidak semua aspek dalam kegiatan belajar-mengajar bisa digantikan dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Ada hal-hal tertentu yang harus dilakukan secara tatap muka.

“Misalnya pembangunan karakter, itu memerlukan keteladanan yang anak lihat sehari-hari, jadi tidak mungkin diajarkan hanya secara jarak jauh. Juga kemampuan bersosialisasi, harus tatap muka. Saya rasa Kemendikbud juga mengerti ini dan tidak mungkin semerta-merta dihilangkan,” ungkap Hetifah. (*)

Diolah Tim Redaksi dari Jawapos.com