Terindikasi Adanya pelanggaran, Kemensos Akhirnya Cabut Izin ACT

Berita, Indonesia1557 Dilihat

Flayer Aksi Cepat Tanggap (Ist).

Indotribun.id, Jakarta – Setelah mencuat dugaan adanya penyalahgunaan dana sumbangan yang diberikan oleh penyumbang kepada Aksi Cepat Tanggap (ACT), akhirnya Kementerian Sosial (Kemensos) RI mencabut izin operasi ACT.

Dalam hal ini, Kemensos RI mencabut izin penyelenggaraan pengumpulan uang dan barang (PUB) yang telah diberikan kepada Yayasan ACT tahun 2022. Kemensos menduga adanya indikasi pelanggaran yang dilakukan ACT.

Dilansir dari detik.com, berdasarkan keterangan dari Humas Kemensos RI, pencabutan izin itu dinyatakan dalam Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 133/HUK/2022 tanggal 5 Juli 2022 tentang Pencabutan Izin Penyelenggaraan Pengumpulan Sumbangan Kepada Yayasan Aksi Cepat Tanggap di Jakarta Selatan yang ditandatangani oleh Menteri Sosial Ad Interim Muhadjir Effendi, Selasa (5/7).

“Jadi alasan kita mencabut dengan pertimbangan karena adanya indikasi pelanggaran terhadap Peraturan Menteri Sosial sampai nanti menunggu hasil pemeriksaan dari Inspektorat Jenderal baru akan ada ketentuan sanksi lebih lanjut,” kata Menteri Sosial Ad Interim Muhadjir Effendi dikutip dari detik.com, Rabu (6/7/2022).

Sementara itu, pada hari Selasa (5/7) kemarin, Kementerian Sosial telah mengundang pengurus Yayasan ACT yang dihadiri oleh Presiden ACT Ibnu Khajar dan pengurus yayasan. Pertemuan itu guna memberikan klarifikasi dan penjelasan terkait dengan pemberitaan yang berkembang di masyarakat.

Sebelumnya, ACT sendiri mengakui bahwa mengambil 13,5 % dari donasi untuk menggaji pegawai. Hal itu dijelaskan oleh Presiden ACT Ibnu Khajar.

Kami sampaikan bahwa kami rata-rata operasional untuk gaji karyawan atau pegawai di ACT dari 2017-2021 rata-rata yang kami ambil 13,7 persen. Kepatutannya gimana? Seberapa banyak kepatutan untuk lembaga mengambil untuk dana operasional?” ujar Ibnu dalam konferensi pers, Senin (4/7).

Sebelumnya, sempat viral diberbagai media sosial dengan hastag #aksicepattilep. Hal tersebut disinyalir sebagai respon untuk mengungkap kebenaran yang terjadi di tubuh ACT.

Namun Lebih lanjut, Ibnu Hajar dan kolega memberikan keterangan hanya mengambil rata-rata pertahun, mulai dari 2017-2022 sebagaimana yang telah dianjurkan syariat islam boleh mengambil 1/8.

“Kalau teman mempelajari, dalam konteks lembaga zakat, karena dana yang dihimpun adalah dana zakat. Secara syariat dibolehkan diambil secara syariat 1/8 atau 12,5 persen. Sebenarnya patokan ini yang dijadikan sebagai patokan kami, karena secara umum tidak ada patokan khusus sebenarnya berapa yang boleh diambil untuk operasional lembaga,” imbuhnya.

(Bam/Dik)

Komentar