Gertak Sambal

Senggang262 Dilihat

Sebagai presiden, orang nomor satu di negara ini, setiap hal yang bersumber dari Joko Widodo (Jokowi) tidak lepas dari ribuan pasang mata. Juga, tentu saja, gosip, rumpi dan nyinyiran terutama dari barisan para pembenci. Banyak respons juga diberikan terhadap aksi marah-marah Jokowi, yang baru muncul ke permukaan setelah 10 hari pertunjukannya di depan peserta Sidang Kabinet Paripurna.

Amien Rais menganggapnya sebagai sebuah keterlambatan. Yup, video itu memang diunggah hampir dua minggu setelah Jokowi menyampaikan pidato plus marah-marahnya. Dalam teori pemberitaan, ini kejadian basi yang tak perlu ditulis jadi berita. Tidak memuat unsur aktual. Tapi, toh masih ada orang yang tertarik dan geregetan ingin mengomentari aksi Jokowi ini.  

Lagian,  untuk apa video itu diunggah jauh setelah hari kejadian? Ini kue yang sengaja dilempar ke publik. Entah apa yang ada di pikiran Jokowi, yang jelas, ini menyeret kita pada pertanyaan “Ada apa di balik pertunjukan drama ini?” Pelemparan video marah-marah Jokowi ke tengah meja menjadi isu liar, sama liarnya ketika Jokowi berkata, “Saya berpikirnya ke mana-mana…”

Bukan penguasa namanya kalau tidak pintar memainkan isu dan drama. Drama klasik dalam cover baru yang dipertunjukkan untuk mengalihkan isu tertentu. Dan teknologi memainkan peranan penting dalam pertunjukan ini. Media memberitahukan kepada masyarakat apa yang saat ini urgen untuk dipikirkan dan dikomentari. Tentu saja, drama marah-marah Jokowi, dan itu tampaknya cukup berhasil.

Di sisi lain, barangkali Jokowi sudah bosan melihat beberapa menteri yang hanya ongkang-ongkang kaki tanpa memberikan kontribusi berarti. Sekelas menteri ditegur beberapa kali dan tidak sadar, kan, kebangetan. Kebangetan yang jauh melampaui kenakalan anak kecil paling nakal. Hanya ditegur ya tidak bakalan ngefek. Para menteri itu sudah memasang penebal muka.

Alhasil, Jokowi mengeluarkan jurus terakhir: bersih-bersih kandang, kebijakan ekstraordinary, reshuffle. Sementara, kita lepaskan dulu pikiran apakah bersih-bersih kandang ini pesanan atau bukan. Yang pasti, orang-orang mulai berkonsentrasi pada masalah siapa-siapa saja yang harus dicopot, dan siapa-siapa saja yang cocok menggantikan mereka.

Berdasar pada survei Indonesia Political Opinion (IPO), ada sepuluh menteri yang layak dicopot dari jabatannya. Dari sepuluh orang itu, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham), Yasonna Laoly, dan Menteri Kesehatan (Menkes), Terawan Agus ‎Putranto, berada di urutan pertama dan kedua yang dianggap sangat layak direshuffle. PKB, selain Menkes, juga mengajukan Mendikbud, Nadiem Makarim, untuk dicopot.

Melalui aksi marah-marah dan pikirannya yang ke mana-mana, Jokowi mengibarkan bendera reshuffle. Beberapa orang, kelompok atau individu, menyusun laporan nilai buruk para menteri.

Akhirnya, ya akhirnya, meskipun ini bukan akhir dari segalanya, wacana reshuffle sudah dilempar ke udara. Nama-nama menteri yang harus direshufle juga sudah diajukan. Tapi, Jokowi juga belum melakukan tindakan atas ucapannya sendiri. Apakah ini semacam hanya gertak sambal?

Kita tidak perlu menunggu kelanjutan drama pendek ini, karena akhir dari segala akhir adalah ketidakakhiran itu sendiri.

Komentar