Hendra-Ahsan Berpeluang Raih Emas Ketiga Kejuaraan Bulutangkis 2019

Indonesia640 Dilihat

Hendra-Ahsan Berpeluang Raih Emas Ketiga Kejuaraan Bulutangkis 2019

Malang, Indotribun.id – Hendra-Ahsan Berpeluang Raih Emas Ketiga Kejuaraan Bulutangkis 2019. Pasangan ganda putra Indonesia Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan berpeluang raih medali emas ketiganya usai mengalahkan rekan senegaranya, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dalam lanjutan semi final Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2019 di St Jacobshalle, Basel, Swiss, Minggu (25/08/19) dini hari.

Pasangan yang dijuluki The Daddies ini hanya membutuhkan waktu 47 menit untuk meraih tiket ke final. Mereka menang 21-16, 15-21, dan 21-10 atas Fajar/Rian.

Di lansir dari Liputan6, Pasangan yang menduduki peringkat kedua dunia ini mendapatkan perlawanan ketat dari Fajar/Rian. Terlihat mereka kejar-mengejar untuk game pertama, hingga akhir pertandingan dimenangkan pasangan Hendra/Ahsan dengan poin 21-16.

Di game kedua pasangan Fajar/Rian mendominasi permainan. Hendra/Ahsan kecolongan. Pasangan Fajar/Rian semakin agresif. Betul mereka kalah dengan poin 15-21. Game kedua dimenangkan pasangan Fajar/Rian.

Memasuki game penentuan, Hendra /Ahsan meningkatkan permainan dan langsung tancap gas. Dalam beberapa menit mereka sudah memimpin 1-6. Poin Hendra/Ahsan semakin jauh dan mereka akhirnya menyudahi permainan untuk game ketiga dengan poin 21-10.

Selanjutnya mereka menunggu di partai puncak Kejuaraan dunia Bulutangkis 2019 yang mempertandingkan pasangan Jepang Takuro Hoki/Yugo Kobayashi dengan wakil Tiongkok Li Jun Hui/Liu Yu Chen untuk memperebutkan tiket ke Final.

Tahun Kebangkitan “The Daddies”

Tahun 2019 adalah tahun kebangkitan bagi Hendra/Ahsan. Setelah sempat berpisah dan mencoba peruntungan dengan pasangan lain, keduanya memutuskan untuk kembali bersatu. Banyak yang meragukan apakah pasangan yang usianya tidak lagi muda ini mampu bersaing di level elite yang didominasi oleh pemain-pemain muda dengan kekuatan fisik prima. Namun, keraguan itu mereka patahkan dengan elegan.

Gelar prestisius All England pada Maret 2019 menjadi sinyal pertama bahwa “The Daddies” telah kembali dan lebih berbahaya dari sebelumnya. Julukan “The Daddies” sendiri melekat karena status keduanya sebagai ayah dan pemain paling senior di sirkuit, yang bermain dengan ketenangan, kecerdikan, dan pengalaman—kontras dengan permainan eksplosif para junior. Kemenangan di All England membakar kembali asa publik bahwa mereka masih memiliki apa yang diperlukan untuk menaklukkan panggung terbesar: Kejuaraan Dunia.

 

Perjalanan Mulus Menuju Laga Puncak

Memasuki arena St. Jakobshalle di Basel, Hendra/Ahsan yang diunggulkan di tempat keempat menunjukkan performa yang sangat konsisten. Babak demi babak mereka lalui dengan menyingkirkan lawan-lawan tangguh. Gaya bermain mereka yang efisien, penempatan bola akurat dari Hendra, dan smes keras mematikan dari Ahsan menjadi kombinasi sempurna yang sulit dibendung.

Mereka melaju ke final setelah menundukkan rekan senegara yang jauh lebih muda, Fajar Alfian dan Muhammad Rian Ardianto, dalam sebuah laga semifinal yang menegangkan. Kemenangan itu memastikan satu tempat di laga puncak dan membuka gerbang menuju peluang emas ketiga, setelah gelar yang mereka raih bersama pada tahun 2013 di Guangzhou dan 2015 di Jakarta. Di partai final, mereka ditantang oleh pasangan kuda hitam asal Jepang yang sedang naik daun, Takuro Hoki dan Yugo Kobayashi.

 

Final Dramatis dan Emas Ketiga yang Bersejarah

Pertandingan final yang digelar pada 25 Agustus 2019 menjadi sebuah tontonan klasik yang akan selalu dikenang. Laga tersebut adalah pertarungan antara pengalaman dan ketenangan melawan kecepatan dan daya juang tanpa henti dari pasangan Jepang.

Set pertama berlangsung sangat ketat. Kedua pasangan saling kejar-mengejar angka hingga harus melalui adu setting. Dengan mentalitas juara yang teruji, Hendra/Ahsan berhasil merebut set pembuka dengan skor dramatis 25-23. Namun, pada set kedua, Hoki/Kobayashi bangkit dengan permainan cepat yang membuat “The Daddies” kewalahan. Hendra/Ahsan harus merelakan set kedua dengan skor telak 9-21.

Di set penentuan, banyak yang khawatir stamina pasangan senior Indonesia ini akan terkuras. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Hendra/Ahsan menampilkan permainan taktis tingkat tinggi. Mereka melambatkan tempo, mengontrol permainan di depan net, dan memaksa lawan membuat kesalahan. Poin demi poin mereka kumpulkan hingga akhirnya mencapai championship point. Lewat sebuah smes keras dari Mohammad Ahsan yang tak mampu dikembalikan, sejarah pun tercipta. Hendra/Ahsan menang 21-15 di set ketiga.

Momen kemenangan itu begitu ikonik: Ahsan berteriak dan bersujud penuh emosi, sementara Hendra, sang kapten, hanya tersenyum tipis dengan ketenangan yang menjadi ciri khasnya. Mereka berhasil! Emas Kejuaraan Dunia ketiga menjadi milik mereka.

 

Warisan Kemenangan Basel 2019

Kemenangan Hendra/Ahsan di Basel 2019 lebih dari sekadar tambahan medali emas. Kemenangan itu adalah sebuah warisan.

  • Pembuktian Kualitas: Gelar ini membuktikan bahwa di usia yang tak lagi prima, kecerdasan taktis, pengalaman, dan ketenangan mental bisa mengalahkan kekuatan fisik.

  • Inspirasi: Kemenangan mereka menjadi inspirasi luar biasa bagi atlet-atlet muda, menunjukkan bahwa karier seorang olahragawan bisa bertahan lama dengan kerja keras dan disiplin.

  • Penegas Status Legenda: Dengan tiga gelar Juara Dunia, Hendra/Ahsan mengukuhkan status mereka sebagai salah satu pasangan ganda putra terhebat sepanjang masa, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia.

Peluang yang dibicarakan sebelum final 2019 itu telah mereka wujudkan dengan cara yang paling gemilang. Kemenangan tersebut menjadi salah satu puncak tertinggi dalam karier “The Daddies“, sebuah momen kebanggaan nasional yang akan terus diceritakan dari generasi ke generasi.

 

 

Editor: LF

Komentar