Kasus Omicron di Indonesia Total 8 Orang, Setelah Ditambah 3 dari Malaysia dan Kongo
Indotribun.id, Jakrta – Kasus positif Covid-19 varian Omicron di Indonesia semakin bertambah. Total sampai saat ini berjumlah 8 kasus, setelah mendapatkan tambahan kasus baru 3 orang.
Dilansir dari tempo.co, tambahan tiga kasus baru ini disinyalir merupakan pelaku dari perjalanan luar negeri Malaysia dan Kongo. Ketiganya ditemukan positif Omicron saar menjalani wajib karantina di Wisma Atlet.
Ya,” ujar juru bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmidzi lewat pesan singkat dikutip tempo.co, Kamis, (23/12/2021)
Total sejauh ini, sudah tercatat delapan kasus konfirmasi varian Omicron di Tanah Air. Pasien pertama merupakan petugas kebersihan di Wisma Atlet Kemayoran yang tertular dari pelaku perjalanan internasional dari Nigeria yang di karantina di sana.
Kemudian, dua pasien yang lainnya adalah pelaku perjalanan dari Amerika Selatan dan Inggris.
Selain itu, Selasa lalu, ditemukan dua kasus baru yang merupakan pelaku perjalanan luar negeri dari London. Teranyar, tiga kasus baru, dua dari Kongo dan satu orang dari Malaysia.
Dengan bertambahnya kasus varian Omicron ini, pemerintah meminta masyarakat untuk mengurangi mobilitas dan tetap disiplin melaksanakan protokol kesehatan serta tidak bepergian ke luar jika tidak ada urusan mendesak.
Di penghujung tahun 2021, saat dunia tengah berjuang menghadapi pandemi COVID-19, muncul sebuah kekhawatiran baru bernama varian Omicron. Dikenal dengan tingkat penularannya yang sangat tinggi, varian ini dengan cepat menyebar ke berbagai negara, memaksa pemerintah di seluruh dunia untuk kembali meningkatkan kewaspadaan. Indonesia pun tak luput dari ancaman tersebut.
Kronologi Penambahan Kasus Menjadi 8 pada Desember 2021
Pada hari Kamis, 23 Desember 2021, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, memberikan keterangan pers yang ditunggu-tunggu publik. Ia mengonfirmasi adanya tiga kasus baru varian Omicron yang terdeteksi oleh tim peneliti dari Badan Litbangkes Kemenkes.
Ketiga kasus baru tersebut merupakan kasus impor (imported case), yang berarti penularannya terjadi di luar negeri. Rinciannya adalah sebagai berikut:
Satu pasien, seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) berusia 27 tahun, yang baru kembali dari Malaysia.
Dua pasien lainnya, berusia 47 tahun dan 50 tahun, yang datang dari Republik Kongo.
Ketiganya terdeteksi saat menjalani karantina wajib bagi pelaku perjalanan internasional di RSDC Wisma Atlet, Jakarta. Dengan penambahan tiga kasus ini, total kasus terkonfirmasi positif Omicron di Indonesia pada saat itu resmi menjadi 8 orang. Sebelumnya, Indonesia telah melaporkan lima kasus, termasuk kasus transmisi lokal pertama yang menimpa seorang petugas kebersihan di Wisma Atlet.
Signifikansi Momen Tersebut: Kewaspadaan di Awal Gelombang
Pengumuman ini, meskipun angkanya kecil, memiliki signifikansi yang besar dalam konteks pandemi saat itu.
Pertama, deteksi kasus-kasus ini menunjukkan bahwa sistem pertahanan di pintu masuk negara—terutama melalui karantina terpusat dan pengujian genomik—berfungsi dengan baik. Semua kasus impor tersebut berhasil diidentifikasi dan diisolasi sebelum menyebar lebih luas ke masyarakat. Ini membuktikan pentingnya kebijakan karantina ketat yang diterapkan pemerintah kala itu untuk memperlambat laju penyebaran varian baru.
Kedua, momen ini menjadi penanda bahwa ancaman gelombang ketiga yang didominasi oleh Omicron adalah nyata dan sudah di depan mata. Hal ini mendorong pemerintah dan masyarakat untuk tidak lengah, terutama menjelang periode libur Natal dan Tahun Baru 2022, di mana mobilitas masyarakat cenderung meningkat.
Respons Cepat Pemerintah dan Sistem Kesehatan
Menghadapi ancaman Omicron, pemerintah kala itu tidak tinggal diam. Penemuan 8 kasus ini memicu serangkaian langkah mitigasi yang lebih diperketat, di antaranya:
Penguatan Surveilans Genomik: Kapasitas pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) ditingkatkan di berbagai laboratorium di Indonesia untuk mempercepat identifikasi varian Omicron dari sampel pasien positif COVID-19.
Pengetatan Aturan Perjalanan Internasional: Durasi karantina bagi WNI dan WNA yang masuk ke Indonesia diperpanjang, dan daftar negara yang warganya dilarang masuk diperbarui secara dinamis berdasarkan tingkat penyebaran Omicron.
Akselerasi Vaksinasi: Pemerintah menggencarkan kembali program vaksinasi, baik untuk dosis primer maupun menggalakkan program vaksinasi dosis ketiga (booster) untuk meningkatkan proteksi terhadap varian baru ini.
Edukasi Publik: Imbauan masif dilakukan agar masyarakat menunda perjalanan ke luar negeri yang tidak esensial dan tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan 5M (Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak, Menjauhi kerumunan, dan Mengurangi mobilitas).
Frequently Asked Questions (FAQ)
1. Apa saja gejala varian Omicron yang diketahui pada saat itu (akhir 2021)? Pada akhir 2021, berdasarkan data awal dari berbagai negara, gejala varian Omicron umumnya dilaporkan lebih ringan dibandingkan varian Delta. Gejala yang paling umum adalah sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau berair, kelelahan, dan sakit kepala. Gejala khas dari varian sebelumnya seperti hilangnya indra perasa (anosmia) dan penciuman (ageusia) jauh lebih jarang dilaporkan pada kasus Omicron.
2. Bagaimana cara pemerintah Indonesia mendeteksi kasus Omicron pertama kali? Kasus pertama Omicron di Indonesia terdeteksi melalui metode Whole Genome Sequencing (WGS). Sampel dari seorang petugas kebersihan di RSDC Wisma Atlet yang terkonfirmasi positif COVID-19 dikirim ke laboratorium Badan Litbangkes Kemenkes untuk dianalisis genomnya. Hasilnya keluar pada 15 Desember 2021 dan menunjukkan bahwa virus tersebut adalah varian Omicron.
3. Apakah kebijakan karantina efektif dalam menahan laju Omicron saat itu? Ya, pada tahap awal, kebijakan karantina terpusat bagi pelaku perjalanan internasional terbukti sangat efektif untuk memperlambat masuknya varian Omicron ke dalam komunitas. Meskipun transmisi lokal pada akhirnya tidak terhindarkan, kebijakan karantina memberikan waktu berharga bagi pemerintah dan sistem kesehatan untuk bersiap, meningkatkan kapasitas testing dan tracing, serta mengakselerasi program vaksinasi booster sebelum puncak gelombang terjadi.
(Indotribun/Novia)

As an experienced entrepreneur with a solid foundation in banking and finance, I am currently leading innovative strategies as President Director at my company. Passionate about driving growth and fostering teamwork, I’m dedicated to shaping the future of business.
Komentar