Porang Sebagai Komoditas Ketahanan Pangan

Senggang417 Dilihat

Jenis tanaman Amorphophallus

Petani di sebagian besar wilayah keresidenan Madiun utamanya ke arah selatan yakni Ponorogo hingga Pacitan belakangan disibukkan dengan tanaman porang. Tidak banyak yang tahu apa itu tanaman porang, apa fungsinya, hingga apakah mampu mengangkat perekonomian masyarakat pedesaan.

Di seluruh dunia ada 198 spesies Amorphophallus. Selain porang, spesies Amorphophallus yang cukup dikenal di Indonesia adalah titan arum, bunga bangkai raksasa  (Amorphophallus titanum), suweg (Amorphophallus paeoniifolius), dan acung, walur, badur (Amorphophallus variabilis). Dari empat spesies Amorphophallus yang banyak ditemui di sekitar pemukiman, hanya suweg yang bisa dikonsumsi langsung, karena kadar kalsium oksalatnya yang rendah. Tetapi kandungan glukomanan suweg hanya 5%  dari umbi kering. Sementara itu porang memiliki kandungan glukomanan sebesar 50% dari umbi kering.

Glukomanan (Glucomannan) adalah serat alami yang larut dalam air dan diekstrak dari akar ubi gajah, juga dikenal sebagai konjac mannan. Glukomanan merupakan polisakarida larut dalam air yang dianggap sebagai serat makanan. Glukomanan lazim digunakan sebagai aditif makanan sebagai emulsifier dan pengental. kandungan kalsium oksalatnya sangat tinggi sehingga berpotensi menimbulkan iritasi pada jaringan rongga mulut, kerongkongan dan lambung. Untuk menghilangkan kalsium oksalat, umbi konjac dibuat keripik, ditepungkan, dan diambil glukomanannya.

Sementara itu, tanaman porang memang bukan untuk konsumsi masyarakat sendiri. Melainkan sebagai komoditas ekspor yang mempunyai nilai jual tinggi. Hal ini disebabkan di berbagai belahan negara maju, masyarakatnya mulai menerapkan pola hidup diet dan mempercantik penampilan. Dan porang yang mengandung 0 kalori menjadi solusi tepat bagi mereka. Disamping itu bagi penderita diabetes, makanan berbahan dasar porang menjadi solusi yang tepat pula.

Porang ditanam pada awal musim penghujan, dan dipanen pada musim kemarau, saat tanaman dalam keadaan dorman (daun menguning dan mengering). Umur tanaman sejak tanam sampai masuk masa dorman paling sedikit sembilan bulan. Bisa lebih pendek atau lebih panjang bergantung benih, waktu tanam, dan elevasi lahan. Di dataran rendah (0 – 400 meter dpl), waktu panen bisa kurang dari sembilan bulan. Sementara di dataran tinggi (di atas 800 meter dpl), waktu panen bisa lebih panjang dari sembilan bulan. Di dataran menengah (400 – 800 meter dpl), porang bisa menghasilkan umbi optimum.

Sebab mudahnya penanaman hingga perawatan tanaman ini, di samping itu juga harganya yang mencapai Rp 10.000/kg. Tanaman ini sangat solutif untuk menjaga ketahanan pangan masyarakat desa di tengah pandemi. Hal ini juga sempat diutarakan oleh Presiden Joko Widodo.

Untuk itu, di desa utamanya, porang menjadi komoditas yang sangat bersaing belakangan ini. Persaingan antar petani pun tak mampu dihindari. Oleh karenanya, apabila berbagai pihak menganggap bahwa porang sebagai komoditas anti maling kurang begitu tepat. Terbukti di berbagai wilayah di Pacitan, banyak bermunculan poster-poster yang berupa himbauan hingga peringatan kepada masyarakat untuk menghindari tindak kejahatan pencurian tanaman. Tak jarang tanaman ini dicuri saat masih berupa benih hingga sudah berskala umbi.

Mengingat porang yang mampu menjaga ketahanan pangan, setidaknya para petani mampu bersaing secara sehat. Bahkan kalau perlu mampu menciptakan alat olahan secara mandiri, sehingga mampu mendongkrak nilai jual yang jauh lebih tinggi lagi. (*)

Komentar