Alasan Ini Sebabkan Ibu Kota RI Pindah

Indonesia878 Dilihat

Alasan Ini Sebabkan Ibu Kota RI Pindah

Malang, Indotribun.idAlasan Ini Sebabkan Ibu Kota RI Pindah. Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengumumkan secara resmi Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) sebagai ibu kota Republik Indonesia yang baru. Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa ibu kota RI harus pindah dan kenapa yang dipilih Provinsi Kalimantan Timur.

Pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) dari Jakarta ke Nusantara di Kalimantan Timur adalah salah satu proyek paling monumental dan ambisius dalam sejarah modern Indonesia. Keputusan yang diumumkan pada tahun 2019 dan terus direalisasikan hingga kini bukanlah sebuah langkah impulsif. Ia lahir dari serangkaian kajian mendalam selama bertahun-tahun yang menyimpulkan bahwa langkah ini adalah sebuah keharusan, didorong oleh urgensi untuk menyelamatkan Jakarta dan sebuah visi besar untuk masa depan Indonesia.

Keputusan ini tidak hanya tentang memindahkan gedung-gedung pemerintahan, tetapi tentang merancang ulang masa depan bangsa. Ada beberapa alasan fundamental yang saling terkait, yang pada akhirnya menyebabkan pemerintah mengambil langkah berani ini. Berikut adalah analisis mendalam mengenai alasan-alasan utama di balik pemindahan Ibu Kota RI.

1. Jakarta sudah sesak dan padat

Dengan kondisi yang sudah sesak dan macet terjadi di mana-mana, memindahkan ibu kota dipandang sebagai keputusan yang baik. Jokowi menyampaikan bahwa Jakarta sudah terlalu berat sebagai pusat pemerintahan, pusat bisnis, pusat keuangan, pusat perdagangan, dan pusat jasa.  

“Kita tidak bisa membiarkan terus menerus beban Jakarta dan Pulau Jawa semakin berat dalam halkepadatan penduduk, kemacetan lalu lintas yang sudah terlanjur dan polusi udara dan air yang harus segera kita tangani,” jelas Jokowi.

Alasan paling mendesak di balik pemindahan ibu kota adalah kondisi Jakarta yang dinilai sudah berada di titik kritis dan tidak lagi ideal sebagai pusat pemerintahan. Beban yang ditanggung Jakarta sudah melampaui daya dukung lingkungan dan infrastrukturnya.

  • Krisis Lingkungan dan Bencana: Jakarta adalah salah satu kota dengan laju penurunan muka tanah tercepat di dunia, terutama di pesisir utara. Kombinasi dari ekstraksi air tanah berlebihan dan kenaikan permukaan air laut membuat Jakarta sangat rentan terhadap banjir rob. Prediksi ilmiah bahkan menyebutkan sebagian besar wilayah utara Jakarta berisiko tenggelam dalam beberapa dekade mendatang.

  • Kemacetan Parah dan Polusi Udara: Sebagai pusat segalanya, konsentrasi aktivitas ekonomi dan populasi di Jabodetabek (sekitar 30 juta jiwa) telah menciptakan kemacetan lalu lintas kronis. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pernah mengkalkulasi kerugian ekonomi akibat kemacetan ini mencapai lebih dari Rp100 triliun per tahun. Tingkat polusi udara yang tinggi juga menjadi ancaman serius bagi kesehatan publik.

  • Kepadatan Penduduk dan Ketimpangan Sosial: Tingkat kepadatan penduduk yang sangat tinggi membuat kualitas hidup di banyak area menurun drastis, dengan masalah permukiman kumuh dan ketimpangan sosial yang tajam.

2. Beban Pulau Jawa dan Mengubah Paradigma Jawa-Sentris

Dikatakan bahwa beban Pulau Jawa semakin berat karena ditempati oleh 54 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Jumlah tersebut adalah 150 juta jiwa dari total penduduk yang ada.

Selain daripada itu, Pulau Jawa memiliki pendapatan yang sangat besar dibanding pulau-pulau lainnya di Indonesia. Pembangunan dan ekonomi menjadi tidak merata. “58 persen PDB ekonomi Indonesia ada di Pulau Jawa, dan Pulau Jawa sebagai sumber ketahanan pangan,” tambah Jokowi.

Alasan kedua bersifat lebih filosofis dan strategis, yaitu keinginan untuk mengubah paradigma pembangunan yang selama ini sangat Jawa-sentris.

  • Dominasi Ekonomi Pulau Jawa: Selama berpuluh-puluh tahun, sekitar 58% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan lebih dari 60% populasinya terkonsentrasi di Pulau Jawa. Hal ini menciptakan ketimpangan ekonomi yang sangat besar antara Jawa dengan pulau-pulau lainnya. Pemindahan ibu kota ke luar Jawa adalah “terapi kejut” untuk menyebarkan magnet pertumbuhan ekonomi baru.

  • Menciptakan Pusat pertumbuhan Baru: Dengan memindahkan pusat pemerintahan ke Kalimantan, pemerintah berharap dapat memicu pertumbuhan ekonomi di wilayah tengah dan timur Indonesia. Kehadiran IKN diharapkan dapat mendorong investasi, pembangunan infrastruktur, dan pengembangan sumber daya manusia di kawasan sekitarnya, sehingga kue pembangunan dapat dinikmati secara lebih merata oleh seluruh rakyat Indonesia.

3. Kalimantan Timur minim banjir dan bencana lainnya

Kalimantan Timur dipilih sebagai lokasi yang ideal untuk ibu kota RI yang baru. Jokowi menyampaikan beberapa alasan atas dipilihnya provinsi tersebut. Pertama, resiko bencana di Kaltim minim, baik bencana banjir, gempa bumi, tsunami, kebakaran hutan, maupun tanah longsor.

Kedua, lokasinya strategis, yang jika ditarik garis koordinat, lokasinya berada di tengah-tengah Indonesia. Ketiga, dekat dengan perkotaan yang sudah berkembang lebih dulu, seperti Kota Balikpapan dan Kota Samarinda. Keempat, telah memiliki infrastruktur yang relatif lengkap. Kelima, hanya di Kaltim pemerintah memiliki lahan seluas 180.000 hektar.

Setelah memutuskan untuk pindah, pemilihan lokasi di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, didasarkan pada keunggulan strategis yang tidak dimiliki wilayah lain.

  • Posisi Sentral di Indonesia: Jika ditarik garis lurus dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai Pulau Rote, Kalimantan Timur berada di posisi yang sangat sentral. Lokasi ini secara simbolis dan geografis merepresentasikan seluruh wilayah Indonesia, tidak lagi berat sebelah ke barat.

  • Minim Risiko Bencana Alam: Berbeda dengan sebagian besar wilayah Indonesia yang berada di Cincin Api Pasifik (Ring of Fire), Kalimantan Timur memiliki tingkat risiko bencana alam yang relatif sangat rendah. Wilayah ini aman dari ancaman gempa bumi tektonik, letusan gunung berapi, tsunami, dan likuifaksi.

  • Ketersediaan Lahan Luas: Pemerintah telah menguasai lahan yang sangat luas di lokasi terpilih, meminimalkan kebutuhan pembebasan lahan yang seringkali rumit dan mahal. Lahan yang luas ini memungkinkan perencanaan kota dari nol, sebuah kesempatan langka untuk membangun kota yang ideal.

4. Membangun Simbol Transformasi Bangsa

Alasan terakhir adalah tentang warisan (legacy) dan simbol. IKN Nusantara tidak hanya dirancang sebagai kota administratif, tetapi juga sebagai etalase kemajuan dan identitas bangsa di masa depan.

  • Identitas Baru Indonesia: Pindah dari Jakarta yang identik dengan warisan kolonial dan segala masalahnya, ke Nusantara yang dibangun dengan filosofi modern dan kearifan lokal, adalah upaya untuk membangun simbol identitas baru Indonesia yang maju, tangguh, dan berkelanjutan.

  • Kota Dunia yang Cerdas dan Hijau: Sejak awal, IKN dirancang dengan konsep Smart Forest City. Ini adalah kesempatan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia mampu membangun kota kelas dunia yang berwawasan lingkungan, didukung teknologi canggih, dan memprioritaskan kualitas hidup warganya.

Pada intinya, pemindahan ibu kota adalah jawaban atas dua pertanyaan besar: “Bagaimana kita menyelamatkan Jakarta dari bebannya?” dan “Bagaimana kita membangun Indonesia yang lebih adil dan merata?. Keputusan ini adalah pertaruhan besar untuk sebuah lompatan peradaban, sebuah langkah untuk memastikan bahwa pusat kemajuan Indonesia tidak lagi hanya terpusat di satu titik, melainkan menyebar ke seluruh penjuru Nusantara.

(LF)

Komentar