KH Maimun Zubair Wafat di Mekkah

Indonesia991 Dilihat

KH Maimun Zubair Wafat di Mekkah

 

Indotribun.id – KH Maimun Zubair Wafat di Mekkah. Pimpinan Pondok Pesantren Al Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah, KH Maimun Zubair, dikabarkan meninggal dunia di Mekkah, Selasa (06/0819) pukul 04.17 waktu setempat.

Dilansir dari Kompas com, KH Maimun Zubair, atau yang biasa dipanggil Mbah Maimun meninggal dunia saat melakukan serangkian ibadah haji.

Kabar meninggalnya Mbah Maimun kemudian dibenarkan oleh Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan, Arsul Sani, setelah Berita tersebut juga didapatkan langsung dari putranya, yaitu Taj  Yasin.

“Iya, saya mendapat kabar dari Mekkah,” ucap Arsul Sani.

Selanjutnya Jenazah Mbah Maimun yang juga merupakan salah satu tokoh Nahdlatul Ulaman (NU) itu dikabarkan akan dimakamkan di Mekkah. Hal ini disampaikan oleh Staf Khusus Presiden Bidang Keagamaan Dalam Negeri, Abdul Ghaffar Rozin. 

Menurut dia, almarhum pernah menyampaikan bahwa jika wafat di Mekah Mbah Maimun Zubair ingin dimakamkan di Ma’la. Jadi, sekarang baru diikhtiarkan untuk dimakamkan di sana,” ungkapnya saat dihubungi wartawan.

Rencana keluarga almarhum setelah disalatkan di Masjidil Haram sesuai salat jemaah dzuhur jenasah langsung dibawa ke kompleks pemakaman Ma`la.

 

Kronologi Wafatnya Sang Kiai Sepuh

Mbah Moen berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji pada akhir Juli 2019. Meskipun usianya sudah sepuh, semangatnya untuk beribadah tidak pernah surut. Beliau bahkan sempat menerima sejumlah tamu penting di Mekkah, termasuk para pejabat negara dan tokoh masyarakat yang sedang berhaji.

Pada Selasa pagi, 6 Agustus 2019, sekitar pukul 04.30 waktu Arab Saudi, Mbah Moen menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit An-Noor, Mekkah. Berdasarkan keterangan dari pihak keluarga dan kerabat yang mendampingi, Mbah Moen sempat terjatuh di kamar mandi saat akan berwudhu untuk menunaikan salat Tahajud.

Mengetahui kondisi tersebut, beliau segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis. Namun, takdir berkata lain. Tim dokter menyatakan bahwa Mbah Moen telah tiada sesaat setelah tiba di rumah sakit. Tidak ada riwayat penyakit berat yang dilaporkan sebelumnya. Kepergiannya yang begitu cepat dan tenang di Tanah Suci dianggap oleh banyak pihak sebagai pertanda husnul khatimah.

Kabar wafatnya Mbah Moen dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru Tanah Air. Ucapan duka cita mengalir deras dari berbagai kalangan, mulai dari Presiden Joko Widodo, para menteri, pimpinan partai politik, ulama, hingga masyarakat biasa. Salat gaib dan tahlil digelar serentak di berbagai masjid dan pondok pesantren di seluruh Indonesia sebagai bentuk penghormatan terakhir.

 

Prosesi Pemakaman di Ma’la, Mekkah

Setelah melalui musyawarah antara pihak keluarga dengan pemerintah Indonesia melalui Duta Besar RI di Arab Saudi, diputuskan bahwa jenazah KH Maimun Zubair akan dimakamkan di Mekkah. Keputusan ini diambil dengan pertimbangan kemuliaan tempat dan untuk memudahkan berbagai proses.

Lokasi yang dipilih untuk peristirahatan terakhir Mbah Moen adalah pemakaman Jannatul Ma’la. Ma’la merupakan kompleks pemakaman bersejarah yang sangat dihormati, karena di sanalah dimakamkan istri pertama Nabi Muhammad SAW, Siti Khadijah, serta banyak sahabat dan keluarga Nabi lainnya. Dimakamkan di Ma’la merupakan sebuah kehormatan besar.

Prosesi pemakaman berlangsung pada hari yang sama setelah salat Zuhur di Masjidil Haram. Ribuan jemaah haji dari berbagai negara, terutama dari Indonesia, turut menyalatkan dan mengantarkan jenazah Mbah Moen ke tempat peristirahatan terakhirnya. Suasana haru dan khidmat menyelimuti prosesi tersebut, menunjukkan betapa besar kecintaan umat kepada sosok ulama yang lahir pada 28 Oktober 1928 ini.

 

Warisan Kebijaksanaan dan Nasionalisme

KH Maimun Zubair tidak hanya dikenal sebagai seorang ahli fikih yang mendalam, tetapi juga sebagai seorang negarawan yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan. Nasihat-nasihatnya yang menyejukkan sering kali menjadi penengah di tengah panasnya suhu politik nasional. Beliau adalah sosok yang mampu merangkul semua golongan dan selalu menekankan pentingnya persatuan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Salah satu pesan beliau yang paling terkenal adalah “Jika kamu menjadi guru, jangan hanya berniat mentransfer ilmu, tapi juga mentransfer akhlak.” Petuah ini mencerminkan esensi ajaran beliau yang selalu mengedepankan adab di atas ilmu.

Wafatnya Mbah Moen di Mekkah menjadi pengingat abadi akan dedikasi seorang ulama yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk umat dan bangsa. Meskipun jasadnya bersemayam di Tanah Suci, warisan ilmu, kebijaksanaan, dan semangat nasionalismenya akan terus hidup dan menjadi teladan bagi generasi-generasi mendatang di Indonesia.

 

Editor: Latif Fianto

 

Komentar