Selain Soto Lamongan, Nasi Boranan Makanan Khas Lamongan yang Kurang Populer

Cerpen332 Dilihat

Selain Soto Lamongan, Nasi Boranan Makanan Khas Lamongan yang Kurang Populer

BATU,Indotribun.id-Makanan merupakan zat yang dimakan oleh makhluk hidup untuk mendapatkan nutrisi yang kemudian diolah menjadi energi. Karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral merupakan nutrien dalam makanan yang dibutuhkan oleh tubuh, begitupun makanan disetiap daerah.

Setiap daerah pasti memiliki makanan khas daerah tersebut seperti halnya makanan khas Lamongan setiap orang pasti tidak asing dengan yang namanya Soto Lamongan. Soto Lamongan ialah soto yang diolah dari rempah-rempah dari Lamongan, Jawa Timur, yang saat ini telah menyebar ke berbagai daerah di indonesi. Ciri khas dari Soto Lamongan yang membedakanya dari soto lain adalah koya udangnya dan ayam suwir yang dibuat dari ayam kampung. Tidak Cuma soto Lamongan makan khas dari Lamongan adapun Nasi Boranan (Sego Boranan).

Hegemoni Soto Lamongan dan Pecel Lele sudah memakan sudut-sudut panggung popularitas dunia kuliner terutama yang berkaitan dengan makanan khas Lamongan itu sendiri. Keduanya sudah semacam Dinasti yang nyaris mustahil dikudeta jenis makanan lain. Sudah semacam Tim Bavarian di Bundesliga gitu (hehehehe). Keberadaan kuliner warisan nenek moyang yang lain seolah hanya menjadi tim penghangat dasar klasemen yang setiap pekan masih memikirkan bagaimana selamat dari jurang degradasi.

Kembali lagi ke Nasi Boranan atau Sego Boranan yang merupakan makanan tradisional dan khas Lamongan, Jawa Timur. Kata Boranan itu sendiri berasal dari tempat nasi yang di gendong dengan selendang pada punggung, nasi boranan belum banyak dikenal di luar Lamongan karena memang hanya di jual dilamongan.

Asal usul nasi Boranan muncul sekitar tahun 1945 hingga 1950-an. Namun saat itu nasi boranan hanya dibuat sebagai Upacara desa atau ketika ada hajatan. Kemudian nasi boranan berkembang terus dijajakan secara turun temurun. Pada umumnya penjual nasi boranan merupakan anak dari penjual nasi boranan yang sebelumnya bahkan tradisi berjualan nasi boranan atau sego boranan berlangsung sampai generasi ketiga hingga keempat.

Mula-mula para penjual berjalan kaki untuk menjajakan atau menjual nasi dan lauk pauk serta peralatan dagangan yang digendong tidak seperti yang sekarang kebanyakan di grobak dorong, mereka berjualan antar desa dan berhenti dirumah-rumah warga. Hingga sekitar tahun 1980-an penjual nasi boranan mulai mangkal di satu tempat dengan berjajar karena alasan tenaga dan usia. Sampai saat ini penjual nasi boranan banyak dijumpai didekat alun-alun Lamongan.

Kebanyakan penjual nasi boranan berasal dari warga Dusun Kaotan atau Dusun Sawu yang terletak dekat dengan perumahan, Dua dusun tersebut masuk dalam kawasan Desa Sumberejo Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Dikatakan mayoritas dari Dusun Kaotan tidak berkarakter perantau seperti orang Lamongan (wong Lamongan) pada umumnya yang kebanyakan berjualan soto Lamongan, Nasi pecel lele dan ayam kampung gorengnya yang berada di kota besar baik di Jawa maupun di luar Jawa Membuat nasi boranan banyak ditemukan di Lamongan itu sendiri dan bertambahnya penjual nasi boranan (sego boranan) itu sendiri.

Sebagai bentuk apreasi penjual nasi boranan lahirlah Tari Boran atau Tari Boranan yang digarap pada tahun 2006 untuk mengikuti Festival Karya Tari Jawa Timur di Taman Krida Budaya Malang Pada 28 Juli 2006. Tarian tersebut mengartikan kehidupan para penjual nasi boranan di Kabupaten Lamongan yang menjajakan jualanya dengan ciri khasnya membawa tempat nasi tradisional yang ditaruh di punggungnya.

Tarian yang mengartikan kesabaran, semangat serta ketangguhan para penjual atau pedagang nasi boranan dalam menghadapi ketatnya persaingan dan tantangan hidup untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Hingga 14 Agustus 2007, Tari Boranan maju ke tingkat nasional dalam acara Parade Tari Nusantara 2007 di TMII Jakarta dan berhasil membawa piala bergilir ibu Tien Soeharto untuk ketiga kalinya dan sampai kini nasi boranan menjadi Ciri khas identitas dari Kabupaten Lamongan

(ADAM PRAM)

Komentar