Foto: Ustadz Maulana (@m_nur_maulana).
Indotribun.id, Edukasi – Banyak orang tua pasca kelahiran anaknya lebih memilih menitipkan si kecil pada neneknya, hal itu banyak faktor yang dapat dijadikan alasan; mungkin karena merantau ke luar kota atau alasan yang lain.
Bisa jadi orang tua merasa was-was ketika meninggalkan anak untuk bekerja. Dilema untuk menitipkan anak ke pengasuh atau orang lain, kakek dan nenek seringkali menjadi tempat untuk orang tua menitipkan anak-anaknya.
Dalam Islam ternyata hal itu tak bisa sembarangan menitipkan anak ke kakek dan neneknya begitu saja. Mendengar nasihat dari Ustaz Maulana, bagaimana bila orang tua memilih menitipkan anak ke orang tua?
Hal ini mengingatkan kita adanya hal yang sangat harus diperhatikan oleh orang tua saat menitipkan anak ke kakek dan neneknya. Jangan sampai keputusan tersebut justru menyusahkan kakek neneknya, dan membuat orang tua berdosa.
Berkaitan tentang menitipkan anak ke neneknya, dalam hal ini menitipkan anak kita ke orang tua. Apakah ada syarat tertentu?
Berikut penjelasan Ustadz Maulana;
Tidak bisa dipungkiri dalam hidup ini pasti ada dan tidak sedikit orang menitipkan anaknya ke orang tuanya. Mohon izin kalau dari pihak saya, ibu saya pernah berucap, ‘Saya sudah melahirkan 13 anak dan banyak anakku dan saya tidak mau lagi memelihara cucu.’ Sudah diberi tahu dan kami berkomitmen tidak ada menitipkan anak ke Umi.
Tapi, ternyata yang terjadi pada diri saya adalah menitipkan anak ke neneknya. Mohon maaf, beliau yang meminta, bukan saya. Saya cuma diam, terus bilang ‘Jangan ambil cucu-cucuku.’ Tapi, alhamdulillah setahun kemudian, beliau melepaskan untuk saya bawa ke Jakarta.
Mohon izin ada syaratnya, ingat kalau bicara syarat untuk menitipkan anak yang penting jikalau beliau menikmati atau jadi hiburan untuk beliau, itu boleh. Kalau sesuatu yang menyenangkan buat dia, aman.
Ada memang nenek yang masih lincah, status nenek tapi masih muda. Dia senang memegang cucunya. dalam hal ini kadang kala dia hidup sendiri, suami sudah berpulang ke Rahmatullah, maka dia terhibur bila ada cucu. Bahkan mereka terbantu kalau ada cucu, justru mereka yang butuh.
Jikalau mereka meminta, itu boleh. Jikalau mereka merasa terhibur itu boleh. jikalau mereka menikmati, itu boleh. Dan, ingat tetap menjaga jangan sampai sudah masuk kategori menyusahkan atau menyulitkan.
Kita titipkan anak, tujuannya dilihat, misal untuk menuntun neneknya. Tugas saya dulu alhamdulillah menuntun nenek saya ke masjid, mau ke rumah Om, mau ke rumah Tante.
Dititip untuk membantu bukan untuk menyulitkan. Untuk menghibur bukan untuk memberi beban.
(Hrs/Adm)

As an experienced entrepreneur with a solid foundation in banking and finance, I am currently leading innovative strategies as President Director at my company. Passionate about driving growth and fostering teamwork, I’m dedicated to shaping the future of business.
Komentar